1. Teori-Teori Kepuasan Kerja
Teori tentang kepuasan kerja yang cukup dikenal menurut Rivai (2004), adalah:
a. Teori Discrepancy
Teori tentang kepuasan kerja yang cukup dikenal menurut Rivai (2004), adalah:
a. Teori Discrepancy
Teori ini mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara sesuatu yang seharusnya dirasakan dengan kenyataan yang dirasakan. Berdasarkan pandangan tersebut, maka dapat dikatakan seseorang akan merasa puas apabila tidak ada perbedaan antara yang diinginkan dengan persepsinya terhadap kenyataan yang ada, karena apa yang diinginkan telah dipenuhi. Apabila yang didapat ternyata lebih besar daripada yang diinginkan, maka orang akan menjadi lebih puas lagi walaupun terdapat (discrepancy). Perbedaan yang terjadi disini adalah perbedaan yang positif. Sebaliknya, makin jauh kenyataan yang dirasakannya itu di bawah standar minimum (negative discrepancy), maka makin besar pula ketidakpuasan seseorang terhadap pekerjaannya.
b. Teori Equity
b. Teori Equity
Prinsip dari teori ini adalah orang akan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah dia merasakan adanya keadilan (equity) atau tidak atas suatu situasi, khususnya situasi kerja. Menurut teori ini komponen utama dalam teori keadilan adalah input, hasil, keadilan dan ketidakadilan.
Ada empat elemen penting dalam teori ini, yaitu :
a. Orang (person), yaitu individu yang merasa diperlukan secara adil dan tak adil.
b. Perbandingan dengan orang lain (comparation others), yaitu setiap kelompok atau orang yang digunakan oleh orang (person) sebagai perbandingan ratio dari masukan dan perolehan.
c. Masukan (input), yaitu karakteristik individu yang dibawa serta oleh orang (person) ke pekerjaan yang dapat dicari misalnya ketrampilan dan pengalaman belajar.
d. Perolehan (outcomes), yaitu apa yang diterima oleh orang (person) dari pekerjaan, seperti tunjangan, penghargaan, dan upah.
Puas tidaknya seseorang terhadap pekerjaannya tergantung pada apakah dia merasakan adanya keadilan (equity) atau tidak terhadap suatu situasi. Hal ini diperoleh dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor maupun di tempat lain (Karlins, 2000). Menurut Revida (1999), keadilan (equity) adalah suatu keadaan yang muncul dalam pikiran seseorang, jika dia merasa bahwa rasio antara usaha dan imbalan adalah seimbang dengan rasio individu yang dibandingkan.
c. Teori Dua Faktor
Menurut teori ini kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja itu merupakan hal yang berbeda. Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap pekerjaan itu bukan suatu variabel yang kontinyu. Teori ini merumuskan karakteristik pekerjaan menjadi dua kelompok yaitu satisfies (motivator) dan dissatisfies. Satisfies ialah faktor-faktor atau situasi yang dibutuhkan sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri dari pekerjaan: pekerjaan yang menarik, penuh tantangan, ada kesempatan untuk berprestasi, kesempatan
memperoleh penghargaan dan promosi. Dissatisfies (hygiene faktor) adalah faktor-faktor yang menjadi sumber ketidakpuasan, yang terdiri dari : gaji/ upah, pengawasan, hubungan antar pribadi, kondisi kerja dan status.
memperoleh penghargaan dan promosi. Dissatisfies (hygiene faktor) adalah faktor-faktor yang menjadi sumber ketidakpuasan, yang terdiri dari : gaji/ upah, pengawasan, hubungan antar pribadi, kondisi kerja dan status.
Herzberg menyimpulkan bahwa ada dua faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut. Faktor pertama adalah faktor kepuasan kerja, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi langsung kepuasan kerja pekerja. Faktor kedua adalah faktor ketidakpuasan kerja, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi langsung ketidakpuasan pekerja. Faktor pertama cenderung lebih kepada faktor intrinsik karena ketika mereka merasa senang mereka mengaitkannya dengan diri mereka sendiri. Sebaliknya faktor kedua adalah faktor ekstrinsik karena ketika mereka tidak senang, mereka cenderung menyalahkan faktor-faktor dari luar seperti lingkungan kerja.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Menurut As’ad (2004), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja ialah :
a. Faktor Psikologi, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan yang meliputi minat, keterampilan kerja, sikap kerja, bakat & keterampilan.
b. Faktor Sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik antara sesama karyawan dengan atasannya/ dengan karyawan yang berbeda jenis pekerjaannya.
c. Faktor Fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja & kondisi fisik karyawan, meliputi jenis
pekerjaan, waktu kerja & istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruang, suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan, umur & sebagainya.
pekerjaan, waktu kerja & istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruang, suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan, umur & sebagainya.
d. Faktor Finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan karyawan, yang meliputi system & besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas–fasilitas promosi, dan sebagainya.
Virgana (2010), menyatakan bahwa kepuasaan kerja sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan, lingkungan kerja, dan motivasi kerja mereka. Hasibuan (2007), kepuasan kerja karyawan dipengaruhi oleh faktor-faktor:
Virgana (2010), menyatakan bahwa kepuasaan kerja sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan, lingkungan kerja, dan motivasi kerja mereka. Hasibuan (2007), kepuasan kerja karyawan dipengaruhi oleh faktor-faktor:
a. Balas jasa yang adil dan layak.
b. Penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian.
c. Berat ringannya pekerjaan.
d. Suasana dan lingkungan pekerjaan.
e. Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan.
f. Sikap pimpinan dalam kepemimpinannya.
g. Sifat pekerjaan monoton atau tidak.
Menurut Johan (2002), faktor-faktor yang biasanya digunakan untuk mengukur kepuasan kerja seorang pegawai adalah:
b. Penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian.
c. Berat ringannya pekerjaan.
d. Suasana dan lingkungan pekerjaan.
e. Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan.
f. Sikap pimpinan dalam kepemimpinannya.
g. Sifat pekerjaan monoton atau tidak.
Menurut Johan (2002), faktor-faktor yang biasanya digunakan untuk mengukur kepuasan kerja seorang pegawai adalah:
(a) isi pekerjaan, penampilan tugas pekerjaan yang actual dan sebagai kontrol terhadap pekerjaan
(b) supervisi
(c) organisasi dan manajemen
(d) kesempatan untuk maju
(e) gaji dan keuntungan dalam bidang finansial lainnya seperti adanya insentif
(f) rekan kerja
(g) kondisi pekerjaan.
Menurut Almigo (2004), ada lima karakteristik penting yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu:
(g) kondisi pekerjaan.
Menurut Almigo (2004), ada lima karakteristik penting yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu:
a. Pekerjaan, sampai sejauh mana tugas kerja dianggap menarik dan memberikan kesempatan untuk belajar dan menerima tanggung jawab.
b. Upah atau gaji, yaitu jumlah yang diterima dan keadaan yang dirasakan dari upah atau gaji.
c. Penyelia atau pengawasan kerja, yaitu kemampuan penyelia untuk membantu dan mendukung pekerjaan.
d. Kesempatan promosi, yaitu keadaan kesempatan untuk maju.
e. Rekan kerja, yaitu sejauh mana rekan kerja bersahabat dan berkompeten.
As’ad (2003), menyatakan bahwa salah satu faktor yang memberikan kepuasan kerja adalah faktor utama dalam pekerjaan yang meliputi upah, pengawasan, ketentraman kerja, kondisi kerja dan kesempatan untuk maju. Selain itu juga meliputi penghargaan terhadap kecakapan, hubungan sosial di dalam pekerjaan, ketepatan dalam menyelesaikan konflik antar manusia, perasaan diperlakukan adil baik.
Komentar
Posting Komentar