Hubungan Antar Manusia (Human Relation)

 
1. Pengertian Hubungan Antar Manusia (Human Relation)
 
Hubungan antar manusia (Human Relation) adalah hubungan kemanusiaan yang harmonis, tercipta atas kesadaran dan kesediaan melebur keinginan individu demi terpadunya kepentingan bersama. Tujuannya adalah menghasilkan integrasi yang cukup kukuh, mendorong kerja sama yang produktif dan kreatif untuk mencapai sasaran bersama. Manajer dalam menciptakan hubungan antarmanusia yang harmonis memerlukan kecakapan dan keterampilan tentang komunikasi psikologis, sosiologi, antropologi, etologi, sehingga dia memahami serta dapat mengatasi masalah-masalah dalam hubungan kemanusiaan ( Malayu, 2009 : 136).

Manajer hendaknya terbuka serta mendorong partisipasi dan keberanian para bawahan untuk menyampaikan pendapat dan keluhan-keluhannya. Hal ini akan tercipta dengan memanfaatkan komunikasi dua arah (two-way trafic), formal atau informal, vertikal ataupun horizontal, sehingga terdapat saling pengertian penghayatan mengenai kebijaksanaan yang diambil. Dengan cara ini bawahan merasa mendapat pengakuan dan perlakuan yang baik sehingga mendorong mereka untuk berpartisipasi aktif dan menyelesaikan pekerjaannya dengan antusias.
 
Uchjana Effendy (2009 : 48), Human relation dalam arti luas adalah komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan, sehingga menimbulkan kebahagiaan dan kepuasan hati pada kedua belah pihak. Human relation dalam arti sempit adalah komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam situasi kerja (work organization) dengan tujuan untuk menggugah kegairahan dan kegiatan bekerja dengan semangat kerjasama yang produktif dengan perasaan bahagia dan puas hati.

Human relation sebagai suatu lapangan dari kegiatan manajemen lebih merupakan proses pengintegrasian manusia ke dalam suatu situasi, sehingga mereka dapat didorong untuk bekerja sama secara produktif guna terpenuhnya kepuasan sosial, ekonomi, dan rohaniah (Uchjana Effendy, 2009:51).
 
Jadi, human relation dalam organisasi kekaryaan adalah komunikasi persuasif antara orang-orang yang berada dalam struktur formal untuk mencapai suatu tujuan. Dengan kesimpulan bahwa human relation adalah suatu komunikasi persuasif, bukan hanya sekedar relasi atau hubungan saja. Jadi human relation bukan suatu kedaan yang pasif, melainkan suatu aktivitas (suatu kegiatan). Human relation adalah suatu “action oriented”. Suatu kegiatan untuk mengembangkan hasil yang lebih produktif dan memuaskan (to develop more productive and satisfying results). 
 
2. Ruang lingkup Human Relation

Masalah human relation adalah masalah rohaniah, yaitu proses rohaniah yang menyangkut watak, sifat, perangai, kepribadian, sikap dan tingkah laku menuju suatu kebahagiaan atau kepuasan hati. Proses rohaniah dengan perasaan bahagia ini berlangsung pada dua atau tiga orang yang terlibat dalam hubungan komunikatif, yakni komunikasi antar persona yang karena sifatnya dialogis, maka masing-masing tahu, sadar dan merasakan efeknya. Jika kesemuanya merasa bahagia, maka orang yang melakukan kegiatan human relation itu berhasil. Apabila tidak menimbulkan rasa puas, human relation itu gagal.
 
Bahwa human relation sebagai suatu aktivitas itu tidak mudah dilaksanakan, adalah benar. Karena itu senantiasa menjadi bahan studi. Kesukaran utama dalam kegiatan human relation itu dikarenakan pelik dan jelimetnya rohani manusia.
 
Memang demikian banyak manusia di bumi ini, tetapi tidak ada dua pun yang sama dan serupa dalam segala hal, bahkan di antara yang kembar pun, terutama dalam watak, sifat, perangai, kepribadian, sikap dan tingkah laku. Berdasarkan paparan tersebut, maka jika seseorang ingin sukses dalam kehidupannya, human relation adalah salah satu cara untuk dapat dipergunakan lebih-lebih bagis eorang pemimpin, pemimpin dalam organisasi apapun dan dalam bidang apapun. Dalam hubungan ini ia seyogyanya memahami ilmu komunikasi dan ilmu jiwa, meskipun hanya ala kadarnya. Akan lebih baik lagi apabila ia akan disenangi, disegani, dan dihormati, baik oleh orang pun di luar organisasinya dan diluar bidangnya.
 
3. Faktor Manusia Dalam Human Relation
 
Titik sentral human relation adalah manusia. Dan titik sentral human relation dalam organisasi kekaryaan adalah karyawan. Manusia karyawan ini harus ditinjau dari segi manusiawinya. Untuk mempraktekkan human relations, seorang pemimpin perlu sedikit banyak mempelajari sifat tabeat manusia karyawan tersebut. Meskipun tidak secara mendalam, pemimpin organisasi perlu memahami mengapa para karyawan satu sama lainnya berbeda dalam tabeat dan tingkah lakunya. Dan perlu mengetahui bagaimana tingkah laku mereka dalam hidup berkelompok dan bermasyarakat (Uchjana Effendy, 2009:53).

Bahwa manusia berbeda dengan makhluk-makhluk lain bahkan memilki kelebihan dari makhluk lain, sudah diakui sejak dahulu kala. Manusia bukan hanya mempunyai kemampuan vegetatif makan dan berkembang biak, bukan saja hanya memiliki kemampuan sensitif bergerak, mengamat-amati, bernafsu, dan berperasaan, tetapi juga berkemampuan intelektif. Berkemauan dan berkecerdasan.
Adapun faktor-faktor yang melatar belakangi manusia sebagai hal yang terpenting dalam human relation (Uchjana Effendy, 2009 : 54), adalah sebagai berikut: 
 
1. Faktor pembawaan dan faktor lingkungan
Ada dua faktor yang menentukan sifat tabeat manusia yakni pembawaan sejak ia dilahirkan (heredity) dan lingkungan hidupnya (environment). Yang menjadi dasar dari watak sifat tabeat seseorang ialah sifat-sifat yang dimilikinya begitu ia dilahirkan, sifat mana adalah warisan dari orang tuanya dan nenek moyangnya. Sifat-sifat tersebut terpengaruh oleh lingkungan dimana ia hidup. Lingkungannya akan menentukan apakah sifat-sifat yang dibawanya sejak lahir itu akan berkembang atau tertahan. Interaksi dengan orang-orang dalam lingkungannya akan berpengaruh kepada sifat-sifat yang sudah ada padanya. Yang diartikan pengaruh disini ialah bahwa sifat-sifat yang sudah ada itu berkembang atau tertahan, tetapi tidak mematikan.

Dalam perjalanan hidupnya dalam berinteraksi dengan lingkungannya, seseorang menangkap kesan-kesan dari luar dirinya melalui panca inderanya. Yang ia lihat, yang ia dengar, dan sebgainya masuk di alam bawah sadarnya ,berpadu dengan kesan-kesan pengalaman warisan nenek moyangnya yang sudah ada sejak ia lahir. Kesan-kesan pengalaman nenek moyangnya, pada orang yang satu berbeda dengan orang lainnya. Dan itulah yang menimbulkan perbedaan sifat tabeat manusia. Karena itu untuk mengetahui pribadi seseorang tidak cukup mengenal individu itu saja tetapi harus mengetahui pula kehidupan orang tua dan nenek moyangnya.
 
Selanjutnya dalam perjalanan hidupnya dan perkembangan jiwanya, seseorang mengalami aktivitas psikis. Adapun psikis tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pikir
Orang yang dominan pikirannya akan berusaha memahami lingkungannya dengan jalan pengetahuan, menghubungkan pengertian yang satu dengan yang lainnya dengan mengambil kesimpulan yang logis, sedang ukuran penilaiannya ialah benar atau salah (right or wrong).
b. Rasa
Orang yang dominan perasaannya memahami lingkungannya dengan ukuran penilaian senang atau tidak senang, suka atau tidak suka (like or dislike). Pikiran dan perasaan tidak akan sama. Ukuran penilaian pikirn adalah benar atau tidak benar. Walaupun hati tidak senang, pikiran bisa menyatakan benar. Atau sebaliknya, meskipun hati merasa senang, pikiran bisa menyatakan tidak benar.
c. Intuisi
Orang pada itu pada seseorang bisa intuisi yang dominan. Orang yang demikian akan menangkap segala hal dalam Universitas Sumatera Utara
lingkungannya lebih banyak melewati penglihatan batin, tidak melihat secara mendetail, tetapi melihat makna secara keseluruhan.
d. Penginderaan
Orang yang dominan penginderaannya menangkap hal-hal yang terdapat dalam lingkungannya sebagaimana adanya tanpa ukuran penilaian apapun. Orang yang seperti itu bila melihat tembok atau mendengar musik atau meraba meja, hanya menangkap apa adanya tidak melakukan suatu penilaian.
 
2. Extravert, Intravert dan Ambivert
 
Berdasarkan fungsi psihis tersebut diatas, ahli jiwa Jung membedakan manusia menjadi dua golongan menurut arah perhatiannya. Jika perhatiannya terutama ditujukan keluar, yakni ke sekelilingnya, ini dinamakan type extravers. Dan orangnya disebut extravert. Seorang extravert lebih mementingkan lingkungannya daripada dirinya sendiri, lebih mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan sendiri. Orang semacam ini umumnya berhati terbuka, gembira, ramah-tamah, lancar dalam pergaulan, dan memancarkan sikap hangat, sehingga cepat mendpat bnayak kawan.
Golongan yang kedua ialah orang yang perhatiannya terutama di arahkan ke dalam dirinya sendiri. Ini disebut type intraverse. dan orangnya dinamakan intravert. Orang yang bertype ini lebih mementingkan dirinya sendiri daripada kepentingan umum. Dirinya sendiri menjadi primer, lingkungannya sekunder. Seorang intravert biasanya pendiam, egoistis, suka merenung, senang mengasingkan diri, tidak bisa bergaul.
 
Yang penting ialah jika seorang extravert hidup bersama dengan seorang intaravert, maka antara kedua orang tersebut akan terjadi ketegangan psikologis. Akan tetapi pada kenyataannya perbedaan yang ekstrim itu hanya terdapat pada sebagian kecil manusia saja, sebab antara kedua golongan itu ada segolongan yang mengantarinya, yakni type ambiverse. Dan ternyata, bahwa orang-orang ambivert jauh lebih banyak daripada orang-orang extravert dan intravert.
 
Jadi berdasarkan fungsi psihis dan arah perhatiannya, maka terdapat orang-orang extravert yang terbiasa berpikir empiris, berpikir intuitif, berperasaan empiris, berpikir intuitif , berperasaan empiris, berperasaan intuitif dan orang intravert yang berpikir empiris, berpikir intuitif, berperasaan empiris, berperasaan intuitif.
 
Itu semua perlu diketahui oleh para manajer atau pemimpin eksekutif. Dengan demikian para pemimpin kelompok kekaryaan akan dapat memahami mengapa seorang karyawan mempunyai sifat tabeat tertentu. Dan ini akan memudahkan memecahkan masalah yang dihadapi para karyawan. Masalah-masalah yang dihadapi para karyawan, baik di rumahnya maupun di tempat pekerjaannya, akan besar pengaruhnya kepada pelaksanaan tujuan organisasi. Dengan berhasilnya memecahkan masalah para karyawan, berarti seorang manajer telah sukses melaksanakan human relations. Dan ini besaranya bagi manajemen.
 
4. Manusia Dalam Dinamika Kelompok
 
Manusia tidak pernah hidup sendiri. Sejak ia dilahirkan ia tergantung dari orang lain. Ia mengadakan interaksi dengan orang lain. Dan dalam interaksi itu terjadi pengaruh mempengaruhi. Semakin lama ia hidup dan tumbuh, semakin banyak ia berinteraksi. Dan semakin luas ruang lingkup interaksinya. Ia berada dalam kehidupan kelompok. Ia berinteraksi dengan masyarakat lingkungannya.
 
Ada tiga faktor yang mendasari interaksi manusia dalam kehidupannya dengan manusia lain. Ketiga faktor tersebut ialah imitasi, sugesti, dan simpati.
 
Imitasi tampak dengan jelas dalam tingkah laku anak-anak dalam pertumbuhannya menjadi dewasa. Bahasa untuk menyatakan setiap keinginannya adalah imitasi dari ibunya. Cara makan, cara berpakaian, cara mengucapkan selamat jalan, cara memberikan isarat dan lain sebagainya semuanya adalah hasil imitasi. Para karyawan pun sebagai manusia yang hidup bermasyarakat tidak akan lepas dari imitasi. Imitasinya itu tidak selalu positif. Kemungkinan besar banyak yang negatifnya. Terutama imitasi dari film. Akibat dari imitasinya itu, seperti umpamanyan tingkah laku bintang film yang tidak sesuai dengan norma hidup masyarakat kita, bisa berpengaruh kepada kehidupan kelompok kekaryaan di mana para karyawan bekerja. Beruntunglah, apabila para karyawan berimitasi dari teman sejawatnya yang rajin menambah pengetahuannya di luar pekerjaan. Imitasi yang positif itu akan berpengaruh pula kepada organisasi kekaryaan di mana mereka bekerja.
 
Faktor lain adalah sugesti. Sugesti diterima seseorang dari orang lain yang mempunyai otoritas, prestise sosial yang tinggi, atau ahli dalam lapangan tertentu. Ia mengoper tingkah laku atau adat kebiasaan dari orang lain tadi tanpa sesuatu pertimbangan. Sugesti ini memegang peranan penting dalam hidup kelompok kekaryaan, karena di situ terdapat orang-orang yang mempunyai otoritas, mempunyai prestise sosial yang tinggi, atau yang mempunyai keahlian dalam lapangan tertentu, terutama dalam organisasi yang besar.
 
Faktor ketiga yang memegang peranan penting dalam interaksi ialah simpati. Simpati ialah perasaan tertarinya seseorang oleh orang lain. perasaan simpati ini dapat timbul secara tiba-tiba atau secara lambat laun. Berbeda dengan sugesti, timbulnya simpati ini adalah sebagai proses yang disadari dan timbulnya tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan. Pada simpati dorongan utama adalah ingin mengerti dan ingin kerjasama dengan orang lain. “Mutual Understanding” atau pengertian bersama hanya dapat dicapai kalau terdapat simpati.

Komentar